Gowa – Letkol Inf Heri Kuswanto S.I.P, Dandim 1409/Gowa menghadiri pembukaan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik tahun 2025 secara Daring dengan tema “Informasi Iklim Untuk mendukung pertanian dan berkelanjutan” dipimpin oleh Marzuki, M.Si (Direktur Iklim Terapan BMKG Pusat) di Aula Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku Jln. Poros Malino KM 3, Kel. Tamarunang, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa. Sabtu (17/05/2025).
Dalam kegiatan tersebut turut hadir Syahrul (Asisten II) mewakili Bupati Gowa, Hamka B. Kady (Anggots Komisi V DPR RI), Akp Habsi (Kasat Binmas) Mewakili Kapolres Gowa, Andi Cahyadi, SE, S.Si, M.Si (Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Paotere Makassar), Rosa Amalia, S.Si (Kepala stasiun Geofisika Kab. Gowa), Jamaluddin Al Afgani (Kepala BBPP Batangkalu) dan 30 orang Peserta pelatihan.
Kegiatan Pembukaan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik Tahun 2025 merupakan langkah strategis dalam meningkatkan kesiapan sektor pertanian menghadapi perubahan iklim. Peran teknologi dalam mitigasi risiko iklim pada sektor pertanian untuk mendapatkan informasi iklim untuk menentukan pola tanam yang optimal sangat diperlukan, petani harus memahami bagaimana informasi iklim dapat digunakan dalam perencanaan pertanian.
Diupayakan para peserta pelatihan dapat mengetahui cara penggunaan aplikasi atau platform untuk memudahkan petani mengakses informasi cuaca secara real-time sehingga dapat mengaplikasikan di lapangan.
Marzuki, M.Si (Direktur Iklim Terapan BMKG Pusat) menyampaikan bahwa para peserta yang hadir menjadi komponen penting dalam menjaga ketahanan pangan kita. Dalam kesempatan ini, turut disinggung mengenai delapan program prioritas pemerintah saat ini dalam membangun Indonesia, termasuk upaya mewujudkan kemandirian bangsa dan swasembada pangan. Selain itu, aspek lain seperti energi, air, dan penguatan pembangunan sumber daya manusia, termasuk petani juga menjadi perhatian utama.
“Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki iklim yang dinamis dan cuaca yang dipengaruhi oleh berbagai kondisi atmosfer di sekitarnya. Interaksi kompleks tersebut membuat prediksi cuaca dan iklim menjadi semakin sulit. Perubahan iklim yang terjadi, seperti fenomena La Niña dan El Niño, memiliki dampak signifikan terhadap kondisi cuaca di negara kita. Misalnya, di tengah tahun 2020, curah hujan meningkat tajam akibat La Niña, sedangkan El Niño menyebabkan kondisi kering. Fenomena ini sering kali dipicu oleh faktor yang terjadi di wilayah lain, termasuk bagian tengah dan barat Samudra Pasifik,” tambahnya.
Saat ini, perubahan iklim tidak lagi dapat diprediksi hanya berdasarkan pola yang ada sebelumnya, melainkan harus dikombinasikan dengan observasi dan analisis data. Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan serta menerapkan intervensi yang tepat, termasuk pemanfaatan teknologi dalam sektor pertanian.
Tantangan ke depan adalah bagaimana informasi iklim yang tersedia dapat disampaikan dalam bentuk yang mudah dipahami oleh petani, penyuluh, dan para pemangku kepentingan lainnya. Konsep ini sebenarnya cukup sederhana, tetapi pemahaman dan keinginan untuk belajar menjadi kunci utama dalam menghadapi perubahan iklim. Oleh karena itu, “penting bagi para petani dan pemangku kepentingan untuk memahami cara membaca dan memperoleh informasi iklim guna meningkatkan ketahanan pangan nasional,” tutupnya.